Selasa, 10 Mei 2022

Beri Aku Waktu (3)


 "Gimana, dok kondisi saya?"

"Pertumbuhan sel-sel kanker dalam tubuh bapak sudah cukup jauh. Pertumbuhan ini bisa menyebar ke jaringan yang lain bahkan bisa ke organ yang di sekitarnya. Dengan kemoterapi kurang efektif karena sel kanker pada kolon anda ini termasuk yang pertumbuhannya cepat. Maka, jalan satu-satunya adalah dengan melakukan kolostomi pada anda."

"Apakah nanti ada harapan sembuh dok."

"Sebagian besar orang akan hidup secara normal dengan kantong kolostom. Mereka bisa menjalani kehidupannya dan kemungkinan untuk sembuh tetap ada, tetap melakukan kemoterapi. Walau pada awal-awal pemakaian perlu adaptasi dan tubuh yang baik akan merespon keadaan ini tidak terlalu lama. tergantung sikap anda dan yang penting dukungan keluarga sangat membantu proses penyesuaian dan kesembuhan anda."

"Kemungkinan terburuk apa dok, seandainya tidak dilakukan kolostomi."

"Seperti yang saya katakan tadi, bahwa kolostomi ini bertujuan agar feses ataupun gas buangan hasil sisa pencernaan dapat dibuang melalui lubang kolostum yang dibuat dengan menarik rectum keluar dan dibuatkan lubang permanen keluar dari perut. Kolostum ini bertujuan agar feses tidak menuju ke anus. Karena beberapa senti diatas anus, di situlah pusat kankernya. Bila feses tetap keluar lewat anus, sementara feses adalah sisa-sisa atau kotoran yang harus keluar dari tubuh akan bergesekan dengan sel-sel kanker tadi, tentu akan memacu perdarahan dan juga sel-sel akan cepat berkembang."

"Apakah ada efek samping dari tindakan kolostomi ini, dok?"

"Secara umum, hal yang dialami pasca operasi kolostomi adalah rasa sakit di sekitar stoma (lubang) tang dibuat itu. Kadang-kadang disertai mual dan muntah. Pasien pelu penyesuaian tubuh terhadap stomanya dan perlu belajar memasang dan melepas kantung kolostum saat faeses penuh atau kantungnya membesar berisi gas buangan. Jangan sampai dibiarkan penuh feses, karena bisa meledak."

"Baik dok terima kasih penjelasannya."

"Sama-sama, Pak Budi. Silakan dibicarakan dengan keluarga. Bagaimanapun keputusan ada di Tangan Anda. Kami hanya memberi saran yang terbaik untuk anda."

"Permisi. Sekali lagi terima kasih."

Keduanya lalu berjabat tangan. Budi meninggalkan ruang praktek dokter Uut, dokter muda spesialis kemoterapi di RS Karyadi Semarang. Dia merasa nyaman bisa konsultasi ataupun curhat dengan dokter itu. Selain ramah, dokter Uut, sapaan dokter yang memiliki nama lengkap Selamet Utomo itu dikenal sebagai dokter yang memiliki jam terbang tinggi, menangani banyak kasus kanker yang pasiennya menjalani kemoterapi.

bersambung ...

1 komentar:

astutiamudjono.wordpress.com mengatakan...

Semakin penasaran dengan lanjutannya

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...