Selasa, 30 Juni 2020

Tekad dan Kerja Keras

Tekad dan Kerja Keras

Berbekal tekad dan kerja keras dia behasil mendirikan Kelompok Belajar (KB), TK dan SD Insan Kamil. Perjuangan yang tak kenal lelah telah mengantarnya meraih penghargaan dan prestasi. Dia adalah Dra. Betti  Risnalenni, MM yang menjadi narasumber kuliah online "Belajar Menulis" hari ke-13. Berikut ini reumenya, semoga menginspirasi kita untuk pantang menyerah demi mewujudkan cita-cita. 
Gara-gara salah satu anaknya tak bisa masuk ke sekolah mahal, Betti pun bertekad membangun sekolah yang terjangkau dengan fasilitas bagus. Prinsip hidupnya adalah tak pernah mengeluh lelah sebagai pengajar.
Tokoh seorang Betti bagi masyarakat Bantar Gebang sudah tidak asing lagi. Bergelut dengan dunia pendidikan sejak tahun 1991, lulusan IKIP Jakarta ini telah mendapatkan banyak penghargaan. Mulai dari guru dan kepala sekolah berprestasi se-Bekasi, juara 1 tokoh wanita berprestasi di bidang pendidikan dari walikota se-Bekasi, dan juara 1 wirausaha se-Jawa Barat. Dunia mengajar memang hal yang tak asing baginya. Selain sebagai guru dan kepala sekolah, ia juga sempat dilatih pengajar dari Malaysia untuk mengajar aritmatika dan kemudian membuka kursusnya. Betti merupakan orang ke-6 yang membuka kursus aritmatika di Indonesia. Awalnya, ia hanya punya tiga murid karena aritmatika saat itu belum banyak dikenal orang.

Keinginan Betti untuk mendirikan sekolah seperti itu bukan tanpa sebab. Betti pernah merasakan pengalaman tak enak. Ia pernah mendaftarkan anaknya di sekolah mahal, tapi tidak diterima karena latar belakang pekerjaannya yang dianggap kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya di sana. Meskipun menurutnya ada juga sekolah yang isinya semua anak orang kaya, tapi tetap menerima anak dari panti asuhan. Itu karena pemiliknya adalah orang kaya yang masih mau menolong orang tak mampu agar bisa menikmati sekolah bagus. Hal itulah yang memicu Betti untuk membangun sekolah bagus agar orang tidak mampu juga bisa merasakan pendidikan di sekolahnya. Satu kelasnya hanya terdiri dari 30 murid saja.

Lalu, apa keistimewaan KB, TK, dan SD Insan Kamil ini ? Betti berujar seni dan permainan tradisional menjadi keunggulannya. Ia memang menginginkan murid-muridnya harus senang bermain dan seni. Ia ingat pengalaman masa kecilnya yang terlalu dilindungi, tidak boleh main hujan atau becek-becekan. Tapi sekarang, ia membebaskan anaknya agar jangan sepertinya saat masih kecil. Keunggulan lainnya adalah, adanya tradisi salaman pagi dan hafalan juz amma. Betti berpikir, kadang ada anak yang kalau berangkat sekolah dalam keadaan belum siap. Ada yang sambil marah atau masih mengantuk. Tapi, begitu di sekolah disambut dan disapa hangat dengan salaman pagi oleh gurunya, anak-anak bisa jadi senang dan semangat sekolah. Selain itu, Betti juga menekankan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam. Mulai dari olahraga voli, tenis meja, sepak bola, bulu tangkis, drum band, seni tari, pramuka, yang semuanya gratis tidak dipungut biaya. Setiap hari Jumat, sekolah juga menggelar kegiatan yang bersifat fisik, seperti senam, permainan tradisional egrang atau congklak. Karena anak-anak sekarang banyak yang tidak mengenal permainan tradisional seperti apa.

Pada saat covid seperti ini dimana pembelajaran dilaksanakan secara daring, tak terkecuali juga untuk  anak-anak KB, maka seorang guru harus pintar memilih media apa yang tepat agar anak tidak bosan. Menurutnya bisa dipilih pembelajaran lebih memberikan kegiatan yang menyenangkan misalnya bersama orang tua membuat kue, lalu diposting ke guru. Di sini anak tidak merasa bahwa dia belajar, sementara kita menyisipkan pendidikan karakter dan sikap pada si anak. Ini sesuai dengan program pendidikan karakter di sekolahnya yaitu salaman, hafalan juz 30 , hadist dan surat2 pendek,  menjaga kebersihan, dan wirausaha.

Di akhir materi beliau menyimpulkan bahwa kalau ada niat baik lakukanlah, in syaa Allah akan membantu..Kalau mengerjakan sesuatu, lakukanlah yang terbaik karena nilainya akan memperbaiki citra dan kehidupan kita. Luar biasa prinsip hidup Bu Betti..begitu meneladani. Semoga guru-guru hebat Indonesia mengikuti jejak langkah beliau, berkarya, berjuang demi cita-cita masa depan pendidikan negeri ini. 

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...