Sabtu, 15 Januari 2022

Ujian Lima Tahun Perkawinan (10)

Meski kedua orang tuaku meminta aku untuk menggugat cerai pada Mas Aro, aku tetap tidak mau bercerai darinya. Aku yakin dari sholat tahajud dan istikharoh yang kulakukan, jawaban hatiku makin kuat, bahwa aku tidak ingin bercerai darinya. Kuyakinkan pada bapak dan ibu, kami akan menghadapi ujian ini bersama, dan kuyakinkan pada mereka, kami bisa melewatinya bila mendapat dukungan keluarga, bapak dan ibu.

Aku paham dan mengerti, tentu bapak dan ibu sedih dan kecewa, putri kesayangannya menderita lahir dan batin, karena suaminya tidak bertanggung jawab, tidak  menafkahinya selama sekian bulan. Tapi bapak dan ibu tidak bisa memaksakan kehendaknya, tidak bisa turut campur dalam urusan dalam negeri rumah tanggaku. Aku yang menjalaninya dengan segala konsekuensi dan resikonya. Aku hanya berharap doa dan kebesaran hati kedua orang tuaku untuk memaafkan aku dan Mas Aro. Dan terima kasih yang tak terhingga pada kedua orang tuaku, karena disamping merawat Alif, karena Alif kutitipkan di rumah ibu selama aku bekerja, bapak dan ibu juga membantu finansial  rumah tangga kami. Ibu sering membawakan kami makanan dan kadang-kadang memberi jajan dan mencukupi kebutuhan Alif. Karena bagaimanapun juga aku anaknya dan Alif adalah cucunya, tentu mereka tak akan tega kami hidup dalam kekurangan dan kemiskinan.

*****

Belum ada sebulan saat Huda sakit dan dirawat di rumah sakit, cobaan menghantam rumah tanggaku lagi. Aku masih ingat waktu itu, Mas Aro mengabarkan kalau siang tadi Alif jatuh saat bermain di jam istirahat sekolah. Alif bermain ayunan sambil berdiri dan jatuh dengan posisi kepala di bawah. Ini mengakibatkan dia muntah dan pusing luar biasa sehingga nangis terus menerus.

Mendengar berita itu, hatiku tersayat-sayat. Alif anakku jatuh di sekolah? Bagaimana keadaannya? Bagaimana gurunya dalam menjaganya? Anak-anak TK memang aktif. Usia mereka adalah usia bermain. Bagaimana gurunya bisa lalai dalam menjaganya? Seribu pertanyaan berkecamuk dalam hatiku. Buah hatiku jatuh dan kini dirawat di RSU Panti Wilasa. Duh Gusti..belum hilang kejadian kemarin saat adiknya dirawat di RSU ini, kini kakaknya malah harus rawat inap karena ada gegar otak di kapalanya. Ya Allah, masihkah Engkau menguji kesabaran kami? Anakku yang masih kecil, masa-masa pertumbuhan emas dalam hidupnya harus mengalami kecelakaan ini? Sembuhkanlah anakku Ya Allah. Belas kasihani anakku. Ya Rahman Ya Rahim…hamba mohon sembuhkanlah, jadikan dia anak yang kuat Ya Allah.

Segera aku menyusul ke RSU Panti Wilasa. Hatiku sangat sedih. “Kasihan kamu Mas. Maafkan mama, kamu harus menderita begini. Jauh dari mama dan kini kamu sakit”, kataku sambil mengelus kepalanya. Air mataku bercucuran. Melihatnya diinfus dan wajahnya yang pucat membuatku tak tega. Alif anak yang baik tentu kamu kuat nak. Semoga tidak ada kerusakan serius di kepalamu. Semoga ini hanya benturan ringan yang tidak membahayakan.

Keesokan harinya aku dipanggil dokter. Kata dokter Alif sudah tidak muntah. Dia masih harus dirawat dalam beberapa hari, dan tim dokter anak akan melakukan cek ct scan pada kepalanya untuk memastikan keadaan otaknya. Dan harapannya kalau kejadian itu diringi dengan muntah yang merupakan rksi spontan tubuh, tentu tidak akan membahayakan organ otaknya. Begitu  penjelasan dokter yang membuatku merinding. Untunglah dr. Susetyo adalah dokter anak terbaik di RSU itu. Aku mohon dia bisa memberikan perawatan yang terbaik untuk anakku.

“Alif, anak mama sayang..kamu harus sembuh ya nak. Kamu jangan lama-lama tidur di rumah sakit ini. Kasihan Mbah Uti dan Mbah Kung yang sudah kangen dengar suaramu. “

“Iya, mama. Alif pingin cepat sembuh.”

“Nanti kalau Alif sembuh, Alif mau minta hadiah apa sayang.”

“Aku pingin mobil balap yang besar yang ada remotenya ma.”

“Nanti mama belikan tapi kamu harus mau makan yang banyak. Biar cepat sembuh ya. Nanti kalau sudah sembuh kita jalan-jalan sama ayah dan Dik Huda. Ok?”

bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...