Jumat, 27 Agustus 2021

Masa-masa Indah Bersamamu (Mitoni)

 Betapa senangnya Mas Aro, saat kuberitahu bahwa aku hamil. “Secepat itukah?”, tanyanya.

“Iya, Mas. Ini buktinya.”

“Kamu harus sehat, Dik. Jangan terlalu capek. Besok aku antar ke dokter kandungan, untuk memastikan dan kamu akan dapat vitamin, supaya anak kita juga sehat”, katanya bersemangat dan mengelus-elus perutku.

“Iya, Mas rencanaku juga begitu. Kebetulan besok tidak ada kuliah, jadi kita tidak kemalaman periksa ke dokter”, jawabku. “Mudah-mudahan aku kuat ya, Mas. Kerja sambil kuliah, saat aku hamil lagi. Doakan aku, Mas. Aku ingin anak kita sehat dan kuliahku lancar.”

“Kamu pasti bisa, Dik. Aku selalu berdoa untukmu, untuk  anak kita. Ini rezeki buat kita. Aku akan membantumu. Kamu nggak usah mengerjakan pekerjaan rumah. Biar aku yang membereskan. ”

“Iya, Mas. Mudah-mudahan aku kuat dan sehat. Anak ini ikut belajar dan sekolah sama ibunya. Dia besok akan jadi anak yang  sholeh  seperti bapaknya.”

“Dan pintar seperti ibunya”. puji Mas Aro. “Aku ingin dia laki-laki yang kuat.”

“Laki atau perempuan, tidak masalah. Yang penting dia sehat dan selamat.”

*****

Hari-hari demi hari kulalui bersama bersama dia si kecil dalam perutku. Aku selalu berdoa dan menjaganya. Aku selalu mengajaknya kemanapun aku pergi. Dia selalu bersamaku, bersama senangku, bersama lelahku, bersama semangatku. Aku selalu mengajaknya berbicara, saat raga ini senang, saat lelah, saat kepayahan, selalu kuajak dia berdialog. Aku mau bayi yang kukandung ini sehat dan membantu ibunya, mengerti keadaan ibunya. Bekerja dan belajar. Semoga aku bisa menjaganya hingga dia lahir ke dunia. Aku ingin memberi yang terbaik untuknya, aku ingin dia tahu, betapa aku mencintainya, menyayanginya, meski dia kuajak untuk bekerja dan belajar.

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, Engkau telah menitipkan amanah buat kami, memberi rezeki pada kami. Kami selalu berdoa, semoga kami bisa menjalankan amanahMu ini dengan baik ya, Allah. Beri hamba kemudahan, kekuatan dan kelancaran hingga proses persalinan nanti. Mudahkanlah semua urusan hamba ya Allah, mudahkanlah dalam menyelesaikan kuliah ini. Walau kadang-kadang berat aku rasakan, naik turun bus, berdesakan, pada kondisi hamil harus bekerja dan kuliah, demi mengejar cita dan cinta, tapi aku ikhlas dan bahagia. Anak ini tidak rewel, dia sehat, kuat, ikut mengerti keadaan dan keinginan ibunya.  Dia anak baik. Semakin hari tumbuh semakin besar dan pintar. Aku juga selalu menjaganya, minum vitamin, makan yang bergizi, istirahat cukup, pola hidup yang seimbang serta rajin memeriksakan kandungan ke bidan. Suami dengan setia mengantarkan dan ikut prihatin. Bila keadaan kurang menyenangkan kubacakan sholawat dan ayat-ayat suci Al Qur’an. Dan Alhamdulillah tidak ada keluhan yang berarti, ataupun ngidam yang aneh-aneh. Pernah satu kali pingiiin sekali makan apel fuji yang waktu itu harganya mahal. Aku hanya beli 2 biji saja, itupun hanya kumakan separuhnya. Mas Aro, suamiku, ikut berdoa dan membantu persiapanku dalam menyambut hadirnya buah hati ini.

Usia tujuh bulan kehamlanku, ibu dan ibu mertuaku mempersiapkan acara selamatan tujuh bulan (mitoni dalam Bahasa Jawa atau tingkeban). Kami mengadakan pengajian sederhana untuk memohon keselamatan, kesehatan ibu dan anak yang kukandung lahir sempurna fisiknya, tidak cacat serta memohon kelancaran dalam persalinan nantinya. Dalam adat Jawa acara selamatan ini kami menyediakan hidangan yang diberikan ke tujuh tetangga kanan kiri berupa nasi lengkap dengan tujuh macam lauk, nasi urap dengan tujuh macam sayur, tujuh macam buah untuk rujakan dan tujuh macam jajan pasar.

Mungkin bagi sebagian besar orang modern seperti saya dan suami, tak mengerti maksudnya. Namun, kata orang tua, ini sudah menjadi tradisi, dan kami pun menurutinya, karena takut melanggar tradisi dan omongan orang tua. Dilanjut dengan acara siraman dan pecah telur serta pecah degan (kelapa muda) dari kelapa gading yang sudah digambar janaka dan srikandi (tokoh wayang) dengan harapan anak dilahirkan kelak berakhlak halus dan mulia. Semua ini kami niatkan supaya mendapatkan keberkahan dan ridlo dari Allah semata, Allah Yang Maha Kuasa Sang Pemilik Kehidupan, bukan karena sirik dan musyrik.

bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...