Minggu, 29 Agustus 2021

Masa-masa Indah Bersamamu (3)

 Usia kandunganku kini sudah memasuki trimester ketiga, 34 minggu. Aku sudah merasakan ada gerakan si kecil menendang-nendang perutku. Sungguh keajaiban yang luar biasa kurasakan. Subhanallah..Subhanallah..Subhanallah. Rasanya tidak percaya sebentar lagi aku menjadi ibu. Berat badanku cepat sekali bertambah, naik hampir 12 kg dari berat semula. Kata bidan tempat aku periksa, jangan terlalu kelebihan berat, karena melihat tubuhku yang kecil dan pinggulku yang sempit nanti akan menyusahkan saat melahirkan. Maksimal pertambahannya sampai 15 kg saja saat usia sembilan bulan nanti. Kakiku yang membengkak disarankan untuk memakai sandal atau sepatu dengan alas yang pendek, mengurangi minuman makanan manis dan sering jalan-jalan pagi agar peredaran darah lancar. Mengepel lantai dan bersujud lama melatih agar posisi kepala bayi berputar ke bawah menuju jalan lahir, agar lahirnya tidak sungsang, dan nasihat lainnya dari bu bidan selalu aku indahkan.

Bulan depan kehamilanku  memasuki usia ke-9. Menurut perkiraan bidan, aku akan melahirkan  pada tanggal akhir di bulan depan. Tapi biasanya perkiraan tanggal bisa maju hingga seminggu sebelumnya. Ibu mengingatkanku untuk menyiapkan seperangkat baju dan kain, juga popok dan baju bayi jika sewaktu-waktu merasa mau melahirkan sudah siap untuk dibawa. Aku mengiyakan perintah ibu, karena memang aku belum pernah tahu apa yang dilakukan dan bagaimana rasanya melahirkan, sehingga apa saja yang dikatakan ibu aku selalu berusaha memenuhinya. Pantangan dan nasihat yang beliau ajarkan padaku tentu amat sangat berguna untukku, dan aku merasa beliau amat menyayangiku, karena aku putrinya, akan menjadi seorang ibu.

Sementara itu kakakku juga memberikan beberapa popok dan baju bayi yang pernah dipakai anaknya waktu masih bayi dulu. Popok bayiyang  masih bagus dan bisa dipakai keponakannya ini. Kata orang ada baiknya kita dalam mempersiapkan semua keperluan bayi tidak harus baru meski kita punya uang dan bisa membelinya. Beberapa boleh memakai barang lama atau bekas milik saudara, dan bagiku ini tidak masalah karena bisa menghemat biaya. Dan Alhamdulillah, ada tabungan sedikit yang nantinya uangnya  bisa  dialihkan untuk biaya persalinan dan doa selamatan si bayi.

Bulan-bulan kemarin sejak selesai acara mitoni itu, aku mulai rajin berhemat dan mengurangi belanja barang-barang yang tidak kubutuhkan. Kata kakak, aku harus  pintar dalam memanage keuangan keluarga, agar tidak besar pasak daripada tiang. Semua kebutuhan bisa dicatat dan dirinci– bila perlu–sebelum kita berbelanja untuk menghindari “blind spot shopping” yaitu belanja barang yang tidak kita butuhkan yang akan mubadzir nantinya. Betul juga kupikir, kenapa kakak selalu pandai mengatur keuangan meski suaminya berpenghasilan cukup besar, namun tidak bermegah-megahan soal makan dan berpakaian, karena selalu mencatat belanja dan kebutuhan dalam setiap bulannya.

Sekarang aku  mulai belajar menjadi ibu rumah tangga yang sebenarnya, mulai dari mengatur dan mengurus keperluan suami, keperluan rumah tangga, dan besok keperluan anak-anak. Hmm…harus pandai dan bijak dalam membelajakan uang suami. Dan Alhamdulillah patut aku syukuri punya ibu dan kakak yang banyak memberi ilmu bagaimana mengatur keuangan rumah tangga meski kita punya penghasilan sendiri. Selain itu ibu yang jago masak juga membagi ilmunya bagaimana menyayangi suami dengan meladeni menyuguhkan makanan istimewa buat suami, sehingga suami tidak sering jajan di luar, tapi sebaliknya  selalu menanti dan menyenangi masakan istrinya di rumah. Jangan dibiasakan untuk jajan di luar, tapi masaklah. Karena makan di rumah bersama keluarga lebih baik, menghangatkan dan menambah keharmonisan keluarga, disamping menghemat pengeluaran. Makan di luar belum tentu sehat dan bergizi, selain harganya lebih mahal, bisa mengurangi keharmonisan bila sering jajan ke warung makan. Namun, sesekali boleh untuk refreshing dan berganti suasana, itu yang ibu nasihatkan ke aku.

Bismillahi rohmanir rohim. Semoga nanti Engkau memberi kemudahan, kekuatan, kelancaran saat hamba melahirkan, ya Allah. Anakku menjadi anak yang sehat jasmani dan rohaninya, tumbuh dan menyejukkan hati serta pandangan mata kedua orang tuanya, qurrota a’yunin. Menjadi anak sholeh sholehah berbakti pada kedua orang tua dan agama. semoga kami sebagai orang tua mampu mengantarnya hingga  dewasa kelak dengan memberikan pendidikan yang terbaik untuk mereka. Amin, Ya Robbal alamin.

bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...