Minggu, 14 Februari 2021

Sang Inovator dan Motivator


Pendidikan di era 90 an mengutamakan transfer knowledge dari pendidik ke peserta didiknya. Model pembelajaran dirancang agar siswa mengikuti apa yang telah diberikan oleh gurunya, mencatat, mengulang atau mempraktekannya dengan arahan dan petunjuk yang sudah dibuat dan ditentukan oleh guru. 

Siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya, mengeksplor atau merancang dan menuangkan ide sebagai bentuk kreativitas. Meski siswa bisa memodifikasi apa yang diberikan oleh gurunya, namun terbatas pada mapel seni dan ketrampilan. Selebihnya sudah ada kisi atau rambu-rambu seperti modul pembelajaran, petunjuk praktikum, aturan permaianan atau sejenisnya, yang tentu saja membatasi kreativitas dan imajinasi anak untuk mengembangkannya,

Ketika kurikulum KTSP  mulai dicanangkan menggantikan kurikulum KBK, awalnya menimbulkan pertanyaan pada pendidik mengapa sang pembuat kebijakan dalam hal ini Kemendikbud menyerahkan silabus dan pengembangan kurikulum  diserahkan pada sekolah, tingkat satuan pendidikan, dengan menyesuaikan kultur sosial budaya setempat. 

Sama halnya saat kurikulum tahun 2013 diluncurkan menggantikan kurikulum KTSP dimana terdapat perbedaan pokok yang mendasar adalah :

1. bahwa kurikulum KTSP hanya lebih menekankan pada aspek pengetahuan, jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak, Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi, TIK sebagai mata pelajaran, Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib dan BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa.

2. bahwa pada Kurikulum tahun 2013,  aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, pembelajaran dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta, TIK sebagai media pembelajaran, pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib, BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa.

Pada hakikatnya perubahan kurikulum tentu bertujuan untuk menyempurnakan dan menyisipkan atau menambahkan yang belum ada. Kita sebagai pendidik yang menempati garis depan dalam menjalankan kurikulum pendidikan, mau tidak mau harus bisa mengikuti, mengadaptasi dan implementasikan kurikulum yang telah ditetapkan. Bukan jamannya lagi siswa selalu dicekoki dengan materi pengetahuan dimana dulu kita pernah mendapatkannya di bangku kuliah, tetapi pengetahuan yang terus berkembang, kemajuan teknologi dan aplikasi yang tumbuh merebak. 

Perkembangan teknologi informatika telah merubah paradigma baru di dunia pendidikan. Belajar tanpa batas, berinteraksi lewat dunia maya, menjelajah belahan dunia yang kita mau dan menjadikan jarak bukan penghalang, karena kita bisa belajar tanpa harus tatap muka, ikut diklat atau seminar lewat webinar, konsultasi lewat chat. Kondisi ini harus memacu kita untuk terus berinovasi dan memotivasi diri dan juga terhadap  siswa kita untuk berliterasi digital. Karena kita adalah guru, sang inovator dan motivator.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...