Inilah yang pernah saya alami, dua tahun lalu saat ditunjuk mewakili sekolah dalam ajang pemilihan guru berprestasi tingkat kota. Pilihan jatuh kepada saya, karena dinilai oleh kepala sekolah saya mampu dan tidak ada orang lain di tahun itu yang mempunyai prestasi atau karya sebagai salah satu syarat yang harus ditampilkan dalam ajang tersebut.
Tahukah apa yang saya rasakan saat itu dan hari-hari menjelang pelaksanaan lomba? Apakah saya akan tampil dengan persiapan yang matang dan penuh percaya diri? Apakah saya mampu membawa nama sekolah dan berhasil mendapatkan predikat juara? Dengan sedikit terpaksa semua saya jalani meski saya sadar tidak mempersiapkannya dengan baik. Sebagai seorang guru dengan jam mengajar 35 jam per minggu cukup padat dan menyita waktu, dan ditambah tugas sebagai bendahara sekolah dimana laporan keuangan sekolah harus selalu ter-update. Namun kemudian saya berpikir, inilah kesempatan untuk berkarya dan menunjukan yang terbaik buat sekolah, meski target saya bukan sebagai juara, setidaknya masuk nominasi dari sekian puluh peserta seluruh guru SMP Kota Semarang.
Seluruh energi dan pikiran tercurahkan, ditambah motivasi dan dukungan dari teman-teman akhirnya masuk nominasi 15 besar dan harus mengikuti tahap selanjutnya yaitu tes tertulis, wawancara dan pemaparan karya inovasi di depan dewan juri. Rasanya cukup gentar juga, karena terus terang ini pengalaman pertama dan mungkin tidak semua guru mengalaminya, saat harus berhadapan dengan orang-orang pintar dan praktisi pendidikan.
Persiapan mental tentu amat sangat berpengaruh tsaat kita mempresentasikan hasil karya kita dan saat wawancara di depan dewan juri. Pengusaan IT yang biasa-biasa saja, karena memang saat itu waktunya sangat mendadak, cuma 3 hari dari pengumuman lolos seleksi tahap pertama.
Segera saya buat materi paparan menggunakan Power Point dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang saya punya. Hanya satu yang saya pikirkan, yaitu saya harus bisa tampil percaya diri karena saya yakin dengan percaya diri yang besar akan mampu mengatasi setiap pertanyaan juri yang bisa saja menjatuhkan atau mencari kesalahan kita sebagai trik mereka dalam menilai, bukan sebagai seorang yang tertarik atau mengapresiasi karya kita. Mereka cenderung mencari kelemahan saat kita mempresentasikan karya terbaik kita. Tinggal mampukah kita mempertahankan karya kita dengan argumen untuk meyakinkan mereka.
Sebagian peserta lomba Guru dan Kepala Sekolah Berprestasi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar