Selasa, 21 Juli 2020

LANGKAH SUKSES DALAM MENULIS BUKU


Menulis resume sudah menjadi kebiasaanku setelah mengikuti kuliah online "Belajar Menulis " bersama Omjay. Pemateri malam hari ini  adalah seorang penulis hebat, buku best seller "Man Jadda Wajada" Akbar Zaenuddin  dan seorang trainer motivator. Beliau membagi pengalaman bagaimana langkah-langkah dalam menulis. Berikut ini resume kuliah dari Akbar Zaenuddin. Yuk disimak.


Dalam menulis yang harus kita perhatikan adalah TOJTRP. Apa itu TOJTRP ?
1. Tema. Setiap buku harus punya tema. Tema merupakan garis besar dari apa yang kita tulis dalam buku. Tema harus ada baik pada buku fiksi maupun ni=n fiksi. pada buku fiksi misal tema romantisme, religius, impian. Tema pada buku non fiksi misal tentang pendidikan, parenting, motivasi dan lain sebagainya.
Bolehkah satu orang menulis berbagai tema buku? Menurut saya, karena ini terkait dengan “branding”, berusahalah untuk fokus menulis satu tema tertentu, agar kita dikenal ahli dalam tema tersebut. Kalau temanya berubah-ubah, nanti orang bingung, kita ini sebenarnya ahli dalam bidang apa?

2. Outline/daftar isi. Outline harus kita buat. Karena outline akan membimbing kita untuk selalu menulis sesuai dengan relnya, agar terarah, agar kita terjadwal dan mecaapi target, menghindari ngeblank dan agar buku kita selesai. Kalau tidak ada daftar isi, akan sulit bukunya bisa selesai. Inilah salah satu hal penting yang sering diabaikan orang. Merasa sudah tahu apa yang ditulis, akhirnya tidak ada outline dan langsung menulis. Akibatnya, tulisannya tidak terarah, “melenceng” dan “lari” ke mana-mana, tidak tahu jalan akhirnya.

Bagaimana cara Mengembangkan Daftar Isi (outline)

↝ Untuk Buku Non Fiksi. Gunakan prinsip dasar 5W dan 1H.
    what: Ini terkait pengertian, definisi, pembagian, jenis-jenis, dan sebagainya.
   why: Ini adalah tentang alasan (mengapa) buku ditulis, tujuannya dan        manfaatnya apa.
    how : tentang bagaimana, tips and trick, strategi, langkah-langkah
    Untuk 2 W yang lain, yaitu Where dan When bisa tidak digunakan.
Contoh
Tema: Santri dan Menulis
what : 1. Santri dan keterampilan menulis.
           2. Keterampilan apa saja yang dibutuhkan agar bisa menulis.
           3. Para ulama dan karya mereka dari masa lampau.
           4. dan seterusnya.

Why? 1. Mengapa Santri Harus Menulis?
           2. Tujuan Menulis.
           3. Tantangan Mengapa Santri Harus Bisa Menulis.
           4. dan seterusnya.

How : 1. Bagaimana cara menulis?
           2. Bagaimana membangun disiplin menulis?
           3. Tips and Tricks Menjadi Penulis.
           4. dan seterusnya.

untuk buku nonfiksi 
who : Siapa saja tokoh-tokohnya.Tentukan tokoh-tokoh yang akan menjadi bagian dari cerita. Misalnya, ayah, ibu, teman, guru, dan sebagainya.
why  : Karakter. Gambarkan profil setiap tokoh dengan sifatnya masing-masing.
Plot atau Alur Cerita : Gambarkan alur cerita dari awal hingga akhir. Potongan ceritanya seperti apa. Di mana akan membangun cerita emosionalnya, di mana sedihnya, di mana senangnya. Terus ending cerita seperti apa, apakah happy ending, sad ending, dan sebagainya.
Membuat outline ini bisa langsung dituliskan outlinenya atau bisa dengan beberapa alat bantu. Biasanya saya menggunakan mindmap untuk membantu membuat daftar isi.
Apakah wajib? Tidak harus. Tetapi kalau saya pribadi, ini harus ada. Biar ada rel ke mana tulisan kita, biar selalu ada arah kalau kita menemui jalan buntu, dan ini yang paling penting; bisa membuat jadwal agar buku cepat selesai.

Contoh outline buku "Man Jadda Wajada".
Buku ini adalah buku dengan tema motivasi umum, motivasi hidup. Saya mulai dengan why sebagai berikut:
1. Mengapa motivasi itu penting dalam hidup.
2. Motivasi apa yang membuat orang tergerak untuk berubah.
3. Apa tujuan hidup seseorang?
4. Mengapa orang harus berubah?
5. Darimana perubahan itu bisa dimulai?
6. Apa saja yang harus diubah?
what : Hal-hal yang terpikir dalam kategori what adalah:
1. Apa itu sukses?
2. Langkah-langkah apa saja yang harus dijalani agar kita bisa sukses?
3. Potensi diri, kelebihan dan kekurangan
4. Memahami bahwa sukses itu bisa kita dapatkan.
How. Ini tentang bagaimana, strategi, langkah-langkah, tips & Trick, dan juga action. Penjabarannya:
1. Bagaimana bermimpi besar.
2. Bagaimana membuat rencana (action plan).
3. Bagaimana berani memulai.
4. Menjadi kreatif.
5. Membangun momentum berubah.
6. Kapan harus memulai?
Ketiga hal itulah yang akhirnya menjadi dasar outline buku saya "Man Jadda Wajada"

Contoh outline buku "Ketika Sukses Berawal dari Pesantren". Target buku ini adalah para santri, umur SMP dan SMA. Karena itu, buku ini harus sederhana, ringan, bisa dibaca oleh pembaca dalam rentang umur tersebut, dan tetap bobot isinya tinggi.
what : 1. Apa itu sukses.
           2. Apakah bisa anak pesantren itu sukses?
           3. Kisah-kisah sukses alumni pesantren.
 why : 1. Mengapa anak pesantren sukses
 how : 1. Bagaimana caranya agar kita sukses?
           2. Apa yang harus kita lakukan mulai dari sekarang?
Dari poin-poin itu saya jabarkan lebih detail lagi menjadi daftar isi yang cukup lengkap. Daftar isi ini lalu saya tuliskan satu per satu, maka jadilah buku "Ketika Sukses Berawal dari Pesantren".

3. Jadwal. Dengan kita membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita.
Cara membuat jadwal :
1. Buatlah tabel dengan 4 kolom, yang berisi No-Judul Artikel-Target Lama Menulis-Tanggal-Keterangan
2. Isi Nomer
3. Isi Judul Artikel
4. Perkirakan Berapa Lama (Berapa Hari) Artikel akan Ditulis
5. Buat sesuai dengan tanggal yang ada saat ini.
6. Isi Keterangan dengan apakah sudah selesai ditulis atau belum.
Jadwal menulis ini menentukan. Kalau ada jadwal, kita bisa mengacu pada jadwal tersebut dan bisa mendisiplinkan diri sendiri. Karena kita tahu di mana akhirnya, kapan draft naskah kita akan selesai. Kalau tidak ada jadwal, kita tidak pernah tahu perkiraan draft naskah kita kapan selesai.

4. Tuliskan.
Outline sudah ada, jadwal juga sudah ada. Berikutnya adalah tuliskan sesuai outline dan jadwalnya. Di sini, disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan selesai atau tidak. Tulis dan selesaikan semua judul artikel terlebih dahulu. Jangan terpaku untuk satu tulisan sampai sempurna.

5. Revisi. Revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai sempurna. Kalau kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku. Tahap kedua, baru revisi. Apa saja yang direvisi?
a. Data dan informasi yang kurang.
b. Tata Bahasa
c.  Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir.
d.  Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.

6. Kirim ke penerbit. Apa yang menjadi pertimbangan penerbit?
Paling utama adalah bukunya laku atau tidak. Ini menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca. Apakah pembaca butuh buku kita? Siapa yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh? Buku kita menjawab kebutuhan apa? Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbitkan semakin besar. Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami buku kita siapa yang akan beli, dan siapa yang kira-kira akan baca.
Hal kedua adalah apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis. Apa kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis? Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.
Ketiga, pertanyaan penerbit adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu pemasaran buku? Harus punya jawabannya. Misalnya iklan di Medsos, Seminar, Pelatihan, Diskusi Buku, Membangun Komunitas, Dan Sebagainya. Apakah perlu membayar kepada penerbit? Kita tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang ROYALTI. Rata-rata royalti adalah 10% dari buku yang terjual.

Bagaimana cara mengirim naskah?
1. Naskah harus sudah jadi.
2. Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk CD atau Flash Disk. Berapa lama? Kabar diterima atau tidak sekitar 3 bulan.

Sesi Tanya Jawab
↫ Apakah buku Man Jada Wa Jada ada pengalaman pribadi atau pengamatan? Berapa persen pengalaman hidup menginspirasi sebuah buku. Jawab : Buku saya adalah buku motivasi. Sajian buku motivasi itu biasanya ada pemikiran atau teorinya, terus ada cerita inspirasinya, dan ada kesimpulan atau kaitannya.
Nah, cerita inspirasi itu banyak dari pengalaman pribadi dan juga dari pengalaman teman-teman. Kalau ditanya berapa banyak, saya kira cukup banyak. Mungkin sekitar 30-60 persen pengalaman pribadi itu menginspirasi tulisan kita.
Apalagi kalau novel yang diangkat dari kisah nyata. Bisa jadi hingga 80% kisahnya berdasarkan pengalaman pribadi.
Pengalaman akan selalu memberi inspirasi dan pelajaran hidup yang luar biasa jika dituliskan.

↫ 1. Apakah jadwal penulisan itu harus ada target atau lepas? 2. Jika sudah dijadwal dan ada target, ternyata endingnya melebihi target, bagaimana menyikapinya? 
Jawab : 1. Jadwal itu tergantung Bapak, apakah bukunya mau cepat selesai atau tidak. Kalau mau cepat selesai, jadwal harus ketat. Sesuaikan dengan kegiatan kita. Jangan terlalu memaksakan. Misalnya; kalau 1 buku ada 30 artikel, kira-kira setiap artikel bisa berapa hari selesai. Yang moderat biasanya sekitar 7-10 hari untuk satu artikel. 
Jangan terlalu mepet waktunya, satu artikel dijadwalkan 1-3 hari. Nanti kita tidak menikmati tulisan kita. Kecuali kita memang mau "ngebut". Saya pernah juga "ngebut" karena mau mengejar deadline pribadi. Jadi, jadwal tergantung Bapak Ibu. Apakah bukunya mau diselesaikan cepat atau terserah saja. 
2. Kalau melebihi target, ya tidak masalah. Kan target itu kita yang bikin. Yang penting adalah membuat bukunya selesai. Kalau misalnya telat beberapa hari, mohon dimaafkan diri sendiri Bapak. Kecuali, Bapak menulis untuk penerbit yang sudah ada perjanjiannya, maka harus benar-benar sesuai target. Kalau saya sih, sekali jadwal dibuat, itu adalah komitmen yang harus saya ikuti. Kalau kita tidak mendisiplinkan diri sendiri, kapan mau selesai bukunya? 

↫ Sebagai penuli pemula gimana caranya menjaga konsistensi supaya tidak kehabisan ide? Jawab : Agar konsisten dan tidak kehabisan ide.
1. Banyak baca buku.
2. Latihan menulis setiap hari. Jadwalkan setiap hari menulis 15 menit saja. Disiplin. Nanti akan terlatih untuk bisa menuliskan berbagai ide secara baik. 
3. Ikut seminar dan pelatihan. 
4. Upload tulisan di blog dan medsos. 
5. Punya mentor menulis. 

↫ Apakah ada manfaatnya bagi penulis pemula di usia yang sudah senja... untuk apa saja manfaat menulis bagi manula? Jawab : Saya harus cerita, ada beberapa peserta mentoring saya dalam membuat buku, sebagian ada yang di atas 50 tahun. Dan apa yang terjadi, ternyata mereka jauh lebih bersemangat, dan setiap minggu setor tulisan lebih disiplin dibandingkan dengan yang muda-muda. 
Mengapa mesti menulis?
a. Tidak ada kegiatan yang langsung berkaitan dengan kemampuan mempertahankan otak kita selain membaca dan menulis. 
b. Menulis adalah tentang kebahagiaan. Kalau kita tumpahkan semuanya dalam tulisan, indah sekali hidup ini. 
c. Menulis buku itu warisan terbaik kita. Di situ kita bisa cerita apa saja. Harapan kita, "unek-unek" perasaan kita. Bebas saja menulisnya. 
d. Menulis adalah tentang berbagi kebaikan. Jika kebaikan itu bisa dibagi, terus menerus dibaca orang, kebaikan itu akan terus menjadi pahala, bahkan kalau nanti kita sudah tiada. 
e. Menulis itu membuat kita lebih sehat. Kita setiap hari bangun dengan semangat baru, ada target baru yang harus kita selesaikan. Apalagi yang menyenangkan hidup kita selain bersemangat setiap hari?
Apakah tidak terlambat? Hehehe... Ibu akan terlambat kalau tidak memulai. Kalau sekarang memulai, ibu tidak pernah terlambat. Percayalah, Bapak Ibu pasti bisa. Asal mau. Asal tekun.

↫ Bagaimana cara merangkum tulisan resume menjadi buku yang menarik? karena resume saya sudah 20 lebih tapi masih ragu untuk memulainya.
Mohon berikan tipsnya pak. Supaya enak membukukan resume. Jawab : Ibu mohon dilihat lagi urutannya. Tentukan temanya, setelah itu dibuat outlinenya.
Kalau sudah dibuat outline, baru dilihat hasil resumenya, apakah ada yang masuk ke dalam outline buku atau tidak. Kalau ada yang masuk, tinggal dimasukkan ke dalam outline dengan berbagai penyesuaian. Kalau tidak masuk, jangan dipaksakan. Nanti buat buku yang lain. Ini berlaku juga bagi kita yang sudah punya banyak artikel. Mulainya bukan dari artikel-artikel itu, tetapi dari outline yang kita buat.
Kalau sudah ada outline, baru kita lihat apakah artikel-artikel itu ada yang bisa dimasukkan ke dalam outline. Kalau ada, kita revisi dan sesuaikan. Kalau tidak ada, kita jadikan cadangan untuk buku yang lain. Untuk resume, silakan diteruskan.

↫ Apakah selama menjadi penulis pemula pernah naskah Bapak ditolak penerbit ? Apakah dalam membuat tulisan itu wajar mengutip buku orang terus kita tulis di daftar pustakanya seperti  buat skripsi gitu ? Jawab : pernah.
Tidak apa-apa kalau naskahnya ditolak. Jangan sakit hati. Biasa saja. Jadikan evaluasi. Revisi, evaluasi, lalu kirim lagi. Bisa ke penerbit awal atau ke penerbit lain. Tugas kita itu menulis. Kalau naskah sudah jadi dan dikirim ke penerbit, biarkan saja naskah itu. Kita menulis lagi naskah buku berikutnya.
Kalau nanti jawaban dari penerbit adalah diterima, alhamdulillah. Kalau ditolak, kita perbaiki, dan kirim lagi. Dan, kita juga punya naskah buku yang lain. Begitu seterusnya sehingga menulis itu akan terus menjadi kegiatan kita.

Untuk masalah kutipan, tidak masalah mengutip dari orang lain. Pengutipannya boleh seperti yang ada di skripsi. Kalau nanti jawaban dari penerbit adalah diterima, alhamdulillah. Kalau ditolak, kita perbaiki, dan kirim lagi. Dan, kita juga punya naskah buku yang lain. Begitu seterusnya sehingga menulis itu akan terus menjadi kegiatan kita. Namun demikian, kutipan dari orang lain itu jangan banyak-banyak. Kira-kira 10% saja, paling kan hanya kutipan definisi. Selebihnya hasil pemikiran sendiri. Kalau kutipan kita di atas 50%, lalu mana hasil pendapat kita?

Nah..teman-teman bila ingin sukses dalam menulis dan berhasil menerbitkan buku, kita praktekan yuk langkah-langkah di atas. Tentu dengan motivasi dan komitmen yang tinggi. Selamat mencoba ya..dan semoga sukses!!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...