Senin, 27 Juni 2022

Beri Aku Waktu (12)

"Pindah sekolah saja. Di SD Mekar Bangsa sini juga cukup bagus. Dulu Mbak Iin juga sekolah di situ", kata Pak Narji kakek Nicho.

"Kalau pindah sekolah berarti mendaftar lagi di kelas satu, Pak."

"Tidak apa-apa. Umur Nicho masih muda. Dulu waktu masuk sekolah juga belum genap tujuh tahun. Mumpung masih kecil biarlah Nicho matang dalam pendidikan dasarnya, daripada di tengah jalan di kelas empat atau lima dia kesulitan dalam belajar dan tertinggal kelas dengan teman-temannya, kan kasihan."

"Tapi pindah sekolah dan daftar lagi perlu biaya, Pak. Bayar uang gedung, bayar seragam dan lain-lain. "

"Sekolah di SD Mekar Bangsa juga lebih dekat daripada di SD Mulia Kasih sana. Kamu tidak terlalu repot untuk antar jemput dan aku atau ibumu bisa jemput Nicho. Di SD Mulia Kasih memang bagus, tapi pikirkan jauhnya, belum lagi kalau hujan, kalau ada kegiatan ekstra sore, kamu repot. Kalau di SD Mekar Bangsa ini Nicho cukup kamu antar dan bisa pulang sendiri. Coba pikirkan  lagi."

"Iya ya...Betul juga Pak. Hemat waktu dan tenaga. Baiklah nanti aku omong-omong sama maminya Nicho."

"Kamu sebagai seorang ayah, kepala keluarga harus bisa mengambil keputusan Bud. Boleh dibicarakan dengan istri. Itu memang harus. Segala permasalahan antara suami istri salaing terbuka, saling menghargai. Tapi keputusan tetap berada di tanganmu. Kamu pemimpin keluarga.  Jangan sampai istrimu mendominasi rumah tanggamu. Seorang lelaki sejati harus berani tampil ke depan, memimpin keluarga, menunjukkan tanggung jawab yang nyata, berani mengambil keputusan dan tidak tunduk di bawah ketiak istrinya."

Sore itu merupakan sore yang kesekian kalinya duduk bersama dua laki-laki berbeda generasi dalam permbicaraan yang hangat. Ditemani kopi dan sepiring lemper abon,  kudapan legit buatan Uti Mimi. Antara seorang bapak dan anak yang membicarakan masalah cucu kesayangan dari anak lelakinya yang bungsu. Nicho yang menjadi topik pembicaraan sore itu tidak naik kelas, setelah papinya Budi mengambil rapor di akhir pembelajaran. Ternyata Nicho selama ini di sekolah belum bisa mengikuti pembelajaran di kelas satu dan harus tinggal kelas untuk mengulang pembelajaran lagi. Dan Pak Narji, kakek Nicho memberi saran dan nasihat pada anaknya Budi dalam menyelesaikan masalah Nicho. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...