Sabtu, 14 Mei 2022

Beri Aku Waktu (5)

 


"Iya, barang akan kami kirimkan dua hari setelah pembayaran kami terima. Mohon maaf atas keterlambatan ini. Karena ini saya masih di luar kota, mungkin rekan saya yang nanti akan menemui bapak", kata Budi lewat smartphonenya pada seseorang di seberang sana.

"Ha..ha..Oke, pak terima kasih sebelumnya, nanti akan saya sampaikan pada bos saya. Silakan ditunggu ya, pak. Untuk tagihan selanjutnya akan saya konformasikan dulu ke bagian akunting. Mungkin dalam tiga hari ini akan saya kirim lewat email", lanjutnya  sambil tertawa. 

Budi, anakku memang begitu pembawaannya. Rajin bekerja. Dalam keadaan sakitpun saat seperti ini, dia masih bekerja. Melakukan transaksi jual atau menawarkan barang dagangan lewat gadgetnya. Memang zaman sekarang transaksi ataupun pembayaran dapat dilakukan dimana saja, kapan saja oleh siapa saja. Begitu mudahnya era digital ini. tidak seperti zaman mudaku dulu. semuanya harus lewat prosedur dan lama. Sekarang tinggal klik, langsung OK selesai.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh. Halo, Mama. Mama sama siapa ke sini?" jawab Asih kakak Budi, sulungku.

"Itu sama Lusi." jawabku.

"Dimana Lusinya sekarang?"

"Baru nelpon di luar. Tadi Hari tanya sudah sampai di ruang Rajawali, belum? Soalnya kemarin Budi bilang dirawat di Kepodang. Jadi takutnya salah kamar."

"Iya, Ma. Kemarin waktu persiapan kemo memang di Kepodang. Masuk Rajawali ini baru tadi pagi, " jawab Budi ceria.

Diraihnya telapak tanganku dan diciumnya. Kuelus rambutnya lalu kucium pipi kanan kirinya dengan penuh cinta. Bhdi Heru, anak ragilku ini tak pernah menampakkan rasa sedih atau sakit pada wajahnya. Dia selalu tersenyum dan tertawa manakala ditanya tentang penyakitnya. Hampir tiga tahun lalu divonis kanker usus dan sudah menjalani pengobatan hampir dua tahun. Memang agak terlambat diagnosis kankernya karena dokter sebelumnya mendiagnosis ambein pada anus yang ternyata adalah kanker.

Berobat pada dokter sebelumnya hanya dikatakan kalau ada tumor yang tumbuh pada anusnya. Saat buang air besar feses akan bersentuhan dan bergesekan dengan permukaan tumor itu, sehingga saat buang air besar akan sakit dan mengeluarkan darah. Gejala inilah yang didiagnosis dokter ada tumor atau ambein pada rectum dan anusnya.

Namun perkembangan selanjutnya diketahui semakin membesar dan tumbuh keluar dari anus. Tentu saja menimbulkan rasa yang lebih sakit. Bahkah dudukpun yak terasa nyaman apalagi saat buang air besar. Maka Budi pun pindah dokter spesialis dan membawa rekam medis sebelumnya untuk diagnosa lanjutan yang teliti.

Ternyata setelah pindah dokter dan konsultasi lebih intens diketahui adanya kanker pada ujung rectal yang berbtasan dengan anus. Inilah yang sering misdiagnosis antara ambeien dengan kanker. Untuk mempercepat penyembuhannya selain dengan kemoterapi juga harus dilakukan kolostomi yaitu memotong kolon dan dibuatkan lubang pengeluran (kolostom) untuk pembuangan feses.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...