Hypothetical Learning Trajectory (HLT) merupakan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Di dalam kegiatan belajar, tentu strategi yang digunakan oleh guru bermaksud agar memudahkan siswa memahami materi yang disampikan, dan hasil belajar memuaskan. Namun bagaimana bila apa yang disampaikan oleh guru menimbulkan salah konsep (miskonsepsi) pada siswa? Apa yang kta lakukan sebagai seorang guru bila mengalami hal ini?
Maka sebelum memulai KBM, guru diminta membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didalamnya terdapat langkah-langkah atau strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah cara atau metode yang dipakai guru yang digunakan untuk mengajar.
Simon (dalam Bakker 2004) mendefisikan HLT bahwa HLT Dibagi 3 yaitu : Tujuan Pembelajaran yang mendefisinikan arah, Kegiatan Belajar dan Hipotesis proses belajar untuk memprediksi bagaimana pikiran dan pemahaman siswa akan berkembang dalam konteks tujuan belajar.
Contoh implementasi sederhana HLT dalam kasus berikut :
Galeri batik di Jogjakarta menerima paket yang berisi berbagai macam batik untuk dipajang di pameran. Pegawai galeri berencana untuk memajang batik tersebut berdasarkan keteraturan motifnya. Galeri hanya mempunyai dua ruangan (ruang 1 dan ruang 2) untuk memajang kain batik. Jika kalian adalah pegawai galeri tersebut, bagaimana kalian akan mengelompokkan kain batik tersebut tersebut? Tulis hasil pengelompokkan motif dengan menulis kode batik pada sebelahnya.
Di sini HLT memiliki 3 bagian yaitu : 1. Aktivitas yaitu mengelompokan batik berdasarkan keteraturan motif. 2. Tujuan Pembelajaran : siswa dapat membedakan keteraturan motif (garis simetri) atau tidak. 3. Prediksi Siswa : siswa mengelompokan berdasarkan : pola, warna, motif garis dan bukan garis, motif alam, hewan atau tumbuhan.
Lalu apa reaksi guru? Menunjukkan pola batik yang dicetak hitam putih dan minta siswa untuk mengelompokkan polanya. Hal ini bertujuan agar mereka sadar mengelompokkan berdasarkan warna tidak cukup . Siswa harus mengamati motifnya, bukan warnya.
Guru mengambil motif bunga, dan tanya pada siswa untuk mengamati dengan seksama. Beri pertanyaan, " Bagaimana kamu akan menggambar polanya, apakah kamu menemukan motif yang sama pada pola tersebut?" Arahkan siswa untuk mengelompokan batik yang memiliki pola yang teratur.
Ketika kita memberikan tugas atau pertanyaan ke siswa, maka jawaban dari siswa bisa jadi bermacam-macam, sesuai konsep yang mereka miliki yang jadi pemikiran mereka. Kita sebelumnya sudah memprediksinya dan saat muncul pertanyaan dari siswa, kita sudah mempersiapkan jawabannya. Jadi siswa diminta untuk menyampaikan jawaban dan argumen (alasannya). Di sinilah siswa dituntun untuk berpikir kritis. siswa bebas berpendapat dan harus bisa memberikan alasannya.
Dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis HLT ini kita sudah siap dengan perkiraan apa saja jawaban dari siswa beserta alasannya. Jadi, ketika ada umpan balik dari siswa kita sudah siap untuk memancing pertanyaan, melempar pertanyaan ke siswa yang lain, atau langsung menjawabnya. Jangan sampai siswa kritis dan aktif bertanya kita tidak tahu jawabannya.
2 komentar:
Mantap ,model pembelajaran untuk melatih siswa kritis.trins penjelasannya.
Terima kasih sudah berkunjung
Posting Komentar