Jumat, 05 Februari 2021

Literasi Sekolah di Masa PJJ

Di era "Merdeka Belajar" sudah 6 kebijakan dari Mendikbud  Nadhiem Makarim hingga saat ini. Dihapuskannya ujian nasional tahun 2020 menuai kontroversi dari berbagai kalangan. Kompetensi lulusan yang semula hanya berdasarkan kognitif saja tidak cukup membekali siswa untuk menjawab tantangan abad 21 sepuluh hingga duapuluh tahun mendatang. Perlu ada skill yang dimiliki siswa agar tetap eksis menyongsong masa Indonesia Emas nanti.

Peningkatan mutu sistem pendidikan sekarang tidak hanya berorientasi pada pencapaian siswa dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir, namun lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. 

Sekarang yang masih menjadi polemik adalah bagaimana mengukur ketercapaian siswa, bila ketuntasan materi pengetahuan bukan tujuan utama tetapi diiringi dengan nilai ketrampilan dan sikap, yang menjadikan siswa harus menguasai 4 C (berpikir kritis, berkreasi, berkolaborasi dan mampu berkomunikasi). Sehingga pendidik dituntut memberikan pembelajaran yang mengintegrasikan ketrampilan 4 C pada setiap pembelajarannya dan menyisipkan kegiatan literasi. 

Kegiatan literasi bukan hanya dalam bentuk membaca dan menulis saja, tetapi dalam bentuk lain yang lebih bervariasi, menantang dan memotivasi untuk meningkatkan kemampuan literatnya. Macam literasi yang harus dikuasai meliputi : literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi numerasi, literasi digital dan literasi budaya kewargaan.

Literasi yang sudah dilaksanakan di sekolah saya, dievaluasi dan  terus dibenahi diantaranya adalah kegiatan dalam bentuK : 

1. menceritakan kembali buku yang dibacanya baik tertulis maupun lisan

2. menjelaskan isi/tema/topik bacaan

3. menganalisis cerpen/novel

4. merangkum materi dari buku nonfiksi

5. membuat sinopsis (buku fiksi dan nonfiksi)

6. lomba story telling

7. lomba cerita inspiratif.

8. permaian atau game tentang buku yang telah dibaca.

Kegiatan literasi sekolah dilaksanakan di luar jam pelajaran yaitu 15 menit sebelum KBM dimulai. Bila melihat waktu yang disediakan sangat terbatas, maka hasil yang diharapkan juga belum maksimal. Tetapi sudah menjadi pembiasaan dan anak-anak wajib mengikutinya maka waktu yang ada dimanfaatkan semaksimal mungkin, dan setiap minggu siswa akan memberikan laporan dan hasil literatnya ke wali kelas sebagai tagihan. Sebagai bentuk apresiasi pada anak-anak yang sudah mengumpulkan tugas dengan baik, kita beri nilai atau reward yang bermanfaat, misal diberi hadiah alat tulis atau buku.

Sayangnya di masa pandemi ini dimana kegiatan literasi tidak bisa dilaksanakan lagi secara tatap muka dan bersama-sama  maka tampaknya kegiatan literasi hanya dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, meski guru mata pelajaran lain bisa. Nah, teman-teman guru pembelajar yang hebat, marilah kita tetap berliterasi dengan menyisipkan materi, meminta siswa membaca buku pegangan siswa, menyimak video pembelajaran yang kita tayangkan, mengapresiasi dan memberi komen pada setiap tugas yang kita berikan. Kita sapa anak-anak lewat media daring yang kita gunakan bisa secara langsung lewat Zoom atau Google Meet ataupun bisa lewat tulisan. Meski tidak maksimal tapi harus kita lakukan agar menumbuhkan semangat dan keinginan untuk membaca.   

Teman-teman guru pembelajar yang terus belajar dan berinovasi, sudahkah kita menciptakan bentuk literasi bagi siswa kita, meski kita bukan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia? Karena literasi harus ada pada setiap mata pelajaran , dan literasi tidak hanya menulis dan membaca saja. Nah, kalau tidak kita mulai dari diri kita sendiri, siapa lagi? Terlebih lagi tahun ini mulai diberlakukan AKM (Assesmen Kompetensi Minimum) yang berisi literasi dan numerasi, survey karakter dan survey lingkungan belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...