Sabtu, 15 Januari 2022

Baiti Jannati


Menjadi guru wiyata bakti di SMP Negeri 20 kujalani selama 7 tahun baru diangkat menjadi guru honorer dengan gaji yang lebih baik dari sebelumnya. Mas Aro juga sudah mendapatkan pekerjaan sebagai sopir di salah satu kantor di LPMP Undip. Alhamdulillah meski kami baru tenaga honorer, namun semua ini kami syukuri karena sudah mendapat pekerjaan tetap. Sedikit demi sedikit kami bisa mengumpulkan uang dan mulai mengambil cicilan motor karena jarak tempat kerja dan rumah kami lumayan jauh .Apalagi aku harus mengajar di Filial 20 yang jaraknya kurang lebi 20 km dari rumah. Tentu saja waktu akan habis di perjalanan bila naik angkot.

Filial adalah sekolah binaan dari SMP Negeri 20 yang letaknya agak jauh dari induk SMP Negeri 20. Sekolah Filial ini diperuntukan bagi anak-anak dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Awalnya anak-anak yang bersekolah di sini adalah anak-anak yang putus sekolah, dari keluarga kurang mampu, anak-anak yang belajar dan bekerja, dan anak-anak dari latar belakang broken home. Mereka tidak dibebankan biaya, pergi sekolah ada yang tidak berseragam, ada yang tidak bersepatu, bahkan sekolah yang memberikan bantuan kepada mereka.

Guru-guru yang mengajar di Filial ini adalah guru-guru hebat yang dengan pengabdian luar biasa membentuk karakter dan mencerdaskan anak-anak tanpa mengenal lelah. Meski beberapa anak putus di tengah perjalanan mereka menuntaskan program Pendidikan Wajar Sembilan Tahun, namun patut diacungi jempol bahwa mayarakat sekitar sekolah Filial sudah mulai mendapat kebermanfaatan adanya sekolah ini di sana. Dan masyarakat sekitar mulai menerima sekolah ini, terbukti dari tahun ke tahun sekolah ini mempunyai cukup murid meski hanya satu rombel. Bila sebelumnya untuk mendapatkan satu rombel kelas dengan jumlah siswa 20 anak saja sudah bagus, sekarang lebih dari 30 anak. Meski tapa seleksi, karena berapapun usia  (maksimum 18 tahun) dan tahun lulusnya, di Filial pasti akan diterima.

Suka duka mengajar di Filial ini banyak kurasakan. Siswa-siswinya yang masih lugu, latar belakang pendidikan dan ekonomi keluarga yang rendah, fasilitas yang seadanya menjadikan sekolah ini “hidup segan mati tak mau”. Guru-guru yang mengajar di sini adalah guru-guru yang juga mengajar di SMP  Negeri 20 yang kadang-kadang membandingkan dan lebih memilih mengajar di SMP Negeri 20. Kurangnya perhatian  dari pemerintah kota dan juga birokrasi yang panjang menjadikan bantuan yang seharusnya diterima untuk memajukan sekolah ini menjadi terhambat. Kami yang mengajar di SMP Filial ini dipandang sebelah mata oleh teman-teman guru di SMP Negeri 20 dan dianggap Filial adalah anak tiri. Memang SMP Filial belum mempunyai NPSN dan Kepala Sekolahnya menjadi satu dengan SMP Negeri 20 sehingga segala administrasi dan operasionalnya di bawah satu naungan SMP Negeri 20.

Tahun 2013 muncul kebijakan baru dari Kepala Sekolah dimana segala administrasi dan operasional SMP Filial dikelola sendiri meski  masih dalam binaan SMP Negeri 20. Wakil Kepala Sekolah ditunjuk dan ditempatkan di SMP Filial untuk mengatur kebijakan sendiri dan membenahi semua lini baik bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan menjalankan Delapan Standar Pendidikan yang semuanya bertujuan mengembangkan dan memajukan SMP Filial. Alhamdulillah kini penambahan RKB dan ruangan keterampilan, ruang laboratorium dan sarana prasarana lain mulai dikejar. Semoga ke depan SMP Filial sejajar dengan SMP nergeri yang lain di Kota Semarang dan memiliki branding yang diperhitungkan di masyarakat. Sehingga anak-anak yang bersekolah di SMP Filial tidak minder dan bangga dengan almamaternya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...