Kamis, 16 Juli 2020

MERILIS BUKU BERSUMBER DARI ARTIKEL


                     
  


 
Setelah mandi dan sholat maghrib seperti biasa rabu sore ini saya    bersiap untuk online. Narasumber malam ini adalah M. Anwar Djaelani yang sudah menulis sejak 1996. Menurut beliau, menulis artikel maupun buku adalah sebuah ketrampilan, dan akan terampil jika rajin berlatih.Sikap giat berlatih akan muncul jika ada motivasi yang kuat. Bagi umat Islam dal QS Al Alaq ayat 1-5 tertulis bahwa iqro' yang artinya kita harus membaca, membaca dan membaca. Tentunya ya diimbangi dengan gemar menulis.

Sebelum mulai menulis, yang harus kita temukan terlebih dahulu adalah tema. Tema yang dapat dikembangkan untuk menjadi artikelbisa dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari dari koran, televisi, majalah atau internet. Setiap penulis perlu membiasakan diri untuk terus menulis dan itu harus didasari pada sebuah niat yang benar, sehingga sukses di bidang penulisan.

Jika tulisan dibuat untuk dapat dimuat di media cetak maka tulisan harus aktual dan menarik perhatian publik. Jika dua hal itu sudah dipenuhi, maka syarat pertama agar artikel kita dimuat media sudah terpenuhi. Tinggal syarat yang lain seperti, misalnya, originalitas gagasan, kekuatan argumentasi, dan kecermatan berbahasa. Jika artikel di luar keinginan tersebut, maka dapat membuat tema-tema yang dianggap penting buat penulis dan sasaran dari tulisan penulis. Tema akan datang mengalir deras, terutama jika sudah membiasakan diri untuk menulis. Nyaris di setiap kali membaca, melihat, atau mendengar sesuatu yang “tak biasa”, biasanya lalu terbit ide untuk mengartikelkannya. 

Pada dasarnya, alur menulis itu terangkai dalam “Tiga Besar” yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Di pendahuluan kita sampaikan secara ringkas masalah apa yang akan kita bicarakan. Lalu, di pembahasan, kita urai dan analisis masalah yang kita paparkan di bagian pendahuluan. Kemudian, di penutup, berilah kesimpulan dan saran berdasarkan uraian dan analisis sebelumnya. 

Pada penjelasannya ini pak Anwar memberikan contoh outline/kerangka berfikir. Tujuan dibuat outline untuk membantu kita mengembangkan tulisan. Contoh Outline

Tetap Berseri-seri Belajar di Masa Pandemi
•   Pandemi Covid-19, ujian bagi semua (1 paragraf)
•   Manusia selalu diuji dengan bentuk beragam (2 paragraf)
•   Sekilas Covid-19 (1 paragraf)
•   Dampak negatif Covid-19 secara umum (2 paragraf)
•   Dampak negatif Covid-19 di dunia pendidikan (3 paragraf)
•   Sudut pandang agama, bersama kesulitan ada kemudahan (2 paragraf)
•   Berbagai pilihan cara belajar di saat pandemi (4 paragraf)
•   Penutup / kesimpulan; Tetap optimis di situasi apapun (1 paragraf) 
Total, ada 16 paragraf. Untuk menulis artikel di koran biasanya kurang lebih 6000 karakter dan sekitar 15 paragraf. 

Ada banyak keuntungan jika  rajin menulis Resensi Buku. Di antaranya, di saat  akan menulis buku akan lebih terbimbing karena sering mengkritik karya orang lain. Tentu saja, saat kita menulis buku, tak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang telah dibuat oleh penulis-penulis lain.

Perihal “Judul Pemanggil” 
Judul yang baik, antara lain:
a).Mampu mencuri perhatian pembaca. 
b).Mencerminkan tema / arah tulisan, sehingga bisa menjadi semacam miniatur isi keseluruhan tulisan.
c).Ringkas dan padat. 

Untuk melatih kepekaan mencari ide, dan outline maka kita sering-seringlah memperhatikan judul-judul artikel di berbagai media. Contoh judul pemanggil :

  1. Urgensi Meneliti dan Menulis (Jawa Pos)
  2. Menunggu Realisasi Program Buku Murah (Jawa Pos, 31/07/2008)
  3. Hukuman Guru dan Mimpi Buruk Murid (Radar Surabaya)
  4. Rindu Pemimpin Menulis Buku (Jawa Pos 17/05/2017
  5. Menjaga Martabat Penerima Zakat (Jawa Pos)
Dari contoh-contoh di atas umumnya judul terdiri 4 kata, dan mengandung rima/perulangan bunyi, dan ini akan terdengar cantik. Untuk itu harus banyak latihan membuat judul yang menarik.

“Lead Penggoda”. 
Lead adalah pendahuluan berbentuk paparan ringkas dari masalah yang akan kita kupas. Posisi lead menempati paragraf pertama. Fungsi lead adalah penggugah rasa ingin tahu pembaca. Lead mengantar pembaca ke gagasan utama sang penulis.

“Penutup yang Menggugah”. 
Bagian ini memuat kesimpulan dan/atau saran atas masalah yang kita kupas. Disajikan sekaligus dengan gaya pamit. Ada 3 gaya lead yang direkomendasikan :
a. yang memancing pembaca dengan gaya bertanya, beri pertanyaan yang akan dijawab di pembahasan tulisan kita. Contoh:
Judul: Guru Rajin Menulis dan Efek Besar Itu
Lead (Gaya pertama, menggoda dengan pertanyaan):
Semua orang, tanpa kecuali, harus menjadi pembelajar di sepanjang usianya. Maka, sungguh menyenangkan jika guru suka menulis. Amat membanggakan andai guru rajin menulis. Apa hubungan seorang pembelajar dengan posisi guru yang gemar menulis?
Penutup:
Sungguh, jadilah pembelajar tiada henti dengan cara menjadi guru yang penulis. Sungguh, duhai para guru, bersemangatlah untuk menjadi pahlawan yang berjasa karena banyak menghasilkan karya tulis. Karya-karya itu, semoga secara meyakinkan menginspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat luas. Indah!

Judul: Rindu Pemimpin Menulis Buku
Lead (Gaya pertama, menggoda dengan pertanyaan):
Di Indonesia, Hari Buku Nasional diperingati setiap 17 Mei, sedangkan Hari Buku Sedunia dirayakan setiap 23 April. Inti dua momen itu sama, yaitu mengajak kita lebih mencintai buku sebagai sumber ilmu pengetahuan. Urgensi seruan itu, meski bersifat umum, lebih terasa jika ditujukan kepada para pemimpin. Bahkan, seyogianya para pemimpin itu didorong pula aktif menulis buku. Mengapa?
Penutup:
Alhasil, kepada para pemimpin, mari tundukkan kepala: Apakah sikap rajin membaca (atas semua persoalan masyarakat) sudah menjadi komitmen keseharian Anda? Sudahkah semua yang Anda baca itu lalu bisa melahirkan tulisan berupa konsep dan kebijakan yang selalu berpihak kepada rakyat kecil?Lalu, agar rakyat yakin dengan ketulusan komitmen Anda, tulislah konsep dan kebijakan Anda dalam sebuah buku. Sungguh, kami benar-benar merindukan pemimpin yang bisa menulis buku. Kami rindu pemimpin yang berkualifikasi laksana Soekarno, Hatta, dan Natsir.

b. lead dengan menulis kutipan yang menggugah, kutipan harus berhubungan atau ada benang merah dengan tulisan kita. Contoh
Judul: Ilmu Pengetahuan Bisa Topang Keimanan
Lead (Gaya kedua, dengan kutipan pemikat)
“If you think strongly enough, 
you will be forced by science to the belief in God”
(Kelvin, fisikawan, 1824-1907).
Penutup:
Singkat kata, ilmu pengetahuan bisa mendatangkan keimanan bagi yang masih belum punya iman. Ilmu pengetahuan bisa menguatkan keimanan bagi yang sudah memiliki iman. Terkait ini, lihat Kelvin di paragraf pembuka tulisan ini. Benar, saat dia berkesimpulan tentang pengaruh kuat ilmu pengetahuan terhadap kepercayaan akan adanya Tuhan. Jadi, jangan pernah berhenti untuk mendalami ilmu.

c. lead dengan narasi deskriptif yang fungsinya menjembatani antara judul dengan tulisan. Contoh :
Judul: Menguatkan Mental Anak di “Musim” Olok-olok
Lead (Gaya ketiga, narasi diskriptif):
Sesungguhnya, olok-olok tak mengenal musim. Perilaku terlarang itu telah berlangsung lama dan terus terjadi. Padahal, kerugian yang ditimbulkan oleh olok-olok –dan apalagi bully- sangat besar. 
Penutup:
Singkat kata, selalu berilah anak-anak asupan ruhani yang memadai. Ajari anak-anak sikap untuk tak suka mengganggu orang lain. Didik mereka untuk sabar dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Tentu saja, sebagai orangtua, kita harus telah terlebih dahulu mengamalkan hal-hal tersebut.

Dari Artikel ke Buku

Selepas trampil menulis artikel, pekerjaan menulis buku bisa menjadi lebih gampang. Mereka yang sudah terbiasa menulis artikel akan lebih cekatan dalam menghasilkan buku.
a. merancang dan menulis buku. Tetapkanlah tema yang akan diangkat. Buatlah Daftar Isi. Mulailah menulis.
b. menghimpun artikel menjadi buku.
Tulislah sebanyak mungkin artikel dengan tema sejenis. Misalnya, bertema pendidikan. Setelah, dirasa cukup untuk dijadikan buku, lakukan langkah: ❤Edit ulang. Sering artikel menggunakan “bahasa Koran”, seperti “kemarin”, “pekan lalu”. Untuk itu, ubah dengan mencamtumkan tanggal kejadian yang dimaksud.
buatlah rubrikasi. Meski semua berada di rumpun pendidikan, mungkin masih bisa dikelompokkan lagi dalam bidang yang lebih khusus. Misal, 
“Spirit Pembelajar di Semua Musim”, 
“Menjadi Orangtua Sekaligus Guru”, 
“Betah di Perpustakaan Keluarga”,
“Merancang Liburan Bernuansa Pembelajaran”  
“Belajar di Masa Pandemi”.

Menulis Resensi Buku     

Resensi buku adalah ulasan kritis atas sebuah buku. Di dalamnya minimal berisi identitas buku yang dimaksud, ringkasan isi buku (dipilih bagian-bagian yang paling penting), dan penilaian objektif atas buku itu terkait kelebihan dan kekurangannya.
Panduan lengkap dalam menulis Resensi Buku. “Jawablah” sejumlah pertanyaan berikut ini. Tentu saja, jawaban ditulis dalam “gaya artikel”.  
Tulislah identitas buku
Apa isi ringkas buku? 
Apakah penulis memiliki kompetensi? 
Apakah buku itu didukung referensi memadai? 
Buku itu lebih ditujukan ke segmen pembaca mana? 
Adakah pengetahuan baru yang disodorkannya, atau sekadar repetisi (pengulangan) dari buku-buku yang sudah ada? 
Apa kelebihan dan kekurangannya. Misalnya, apakah mudah dipahami oleh semua kalangan? Bagaimana performa fisik buku, menarik? 
Tepatkah momentum kehadirannya?
Berhargakah untuk segera kita baca dan atau miliki?

Ada banyak keuntungan jika kita rajin menulis Resensi Buku. Di antaranya, di saat kita akan menulis buku akan lebih terbimbing karena sering mengkritik karya orang lain. Tentu saja, saat kita menulis buku, tak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang telah dibuat oleh penulis-penulis lain.

Nah..teman-teman guru yang hebat, bagaimana? Kita wajib mencoba mempraktekan apa yang sudah disampaikan oleh bapak Anwar Djaelani. Menulislah dengan tema dan judul yang menarik dari artikel dan jadikan buku yang menarik pula. Semangat berliterasi, semangat bernarasi !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampukah Aku Menghadapinya

 Mampukah Aku Menghadapinya Siang itu aku begitu malas untuk mengajar. Hari-hari rasanya begitu aneh. Begitu meresahkan. Menyebalkan. Membua...