YUUK..MENENGOK DAPUR
PENERBIT
Bagi seorang penulis tentunya akan sangat puas jika tulisan yang dibuatnya terbit menjadi sebuah buku. Buku baginya tidak hanya merupakan sebuah karya tetapi lebih apa yang jadi pemikirannya yang diungkap dalam bentuk tulisan. Dengan buku kita bisa berbagi ilmu dan memberi catatan sejarah bahwa kita ada.
Dalam dunia bisnis, nomor satu
yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD
(ujung-ujung nya Duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan.
Pandemi ini betul-betul meluluh
lantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya terdampak, akan tetapi dunia
penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan. Pada bulan
Januari sampai Februari, omzet toko buku
masih sangat normal, dan tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang
tidak terduga. Setelah pak Jokowi mengumumkan masuknya Corona di Indonesia,
benih badai besar ini benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret
multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti.
Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi 5, mendadak harus mengerem dan mengganti
gigi ke gigi paling rendah yaitu 1. Dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya
sementara waktu, sambil melihat keadaan.
Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di toko buku.
Setelah 3 bulan parkir di
Pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu,
setelah beberpa daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani
untuk bergerak. Di bulan juni-juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai
outlet toko buku telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di
seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit
untuk memulai New Normal. Rebound yang terjadi ini menuntut penerbit untuk
dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali ataukan menunggu terlebih dahulu
keadaan menjadi lebih pasti.
Melaju, tentunya butuh dana,
sementara roda cash flow hampir terhenti 2 bulan hingga 3 bulan, sehingga
gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas,
sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan. Sementara,
penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan
semakin terpuruk. Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat
dikembangkan saat keadaan chaos seperti ini.
Pengalaman kami, identifikasi
tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Kami beruntung
tema-tema yang upto date mengenai virus corona, telah kami tebar ke
penulis-penulis kami sebelumnya, sehingga dengan cepat kami mendapatkan
bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.
Kesiapan penulis, dalam
menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat
bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah. Kami mempunyai
database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat kita mengidentifikasi
siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat kita meramu
materi, kemudian kita launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik.
Buku-buku pendidikan, juga kita
tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh
keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan
yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.
Keputusan-keputusan strategik
diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku.
Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya
produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya
walaupun tidak begitu drastis.
Banyak hikmah yang didapat kali
ini, di sisi penulis, penulis harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang
mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian
materi, eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian
tertentu. Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu
berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang
dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada
distorsi makna yang sampai ke pembacanya.
Media WA yang dikelola oom Jay
ini, merupakan latihan yang luar biasa bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian
kita dalam mengungkapan apa yang kita pikirkan, ke dalam tulisan yang dibaca,
diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita. Semua perlu proses, latihan, dan
kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti ini, merupakan sarana
latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu
latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif (looping) berkali-kalai
sehingga bapak ibu akan semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam
tulisan.
Bakat hanya 1%, sisanya adalah
kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang sangat bagus
untuk bapak ibu mulai menulis, karena di dalam blog. Tidak ada penolakan kejam
seperti penerbit menolak tulisan yang bapak ibu tawarkan. Penerbit akan selalau
melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan bapak ibu sekalian, sehingga
kemurnian keputusannya di dasarkan oleh bisnis semata.Sehingga terkadang
tulisan bapak ibu yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang hanya
melihat business process nya saja, bukan writing processnya.
Dengan sudut pandang ini, bapak
ibu perlu sedikit berempati kepada penerbit yang merupakan penjual komoditas
tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah, mencoba melihat visi misi
penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan oleh penerbit. Intip juga
buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di toko buku di rak Best
Seller.
Perlu bapak ibu ketahui rahasia
ini, bahwa tidak ada buku best seller by design. Atau dirancang, didesain untuk
laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing. Kami pernah
melakukan perencanaan matang, untuk membuat buku yang best seller. Kami memilih
tema yang luar biasa bebobot, penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan
di dunia internasional. Kami push pemasaran dengan luar biasa. Akan tetapi
hasilnya cukup mengecewakan.
Laskar pelangi.. saat awal
terbit, penulis tidak menyangkan akan meledak. Di awal pemasarannya, sungguh
mengecewakan... dan meledak karena kekuatan word of mouth, alias dari
mulit-kemulut.. dari komunitas satu ke komunitas lain. dan di trigger dengan
sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah...dan
terjadilah ledakan viral.. menjadikan buku tersebut best seller... tidak ada
desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller...
Dengan berbagai pengalaman ini,
komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola
tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini
dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru. Yang tangguh
dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit, akan tetapi tetap berkarya hingga
menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya di tunggu
kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.
Bapak ibu dapat mulai tulisan
dengan tema yang bapak/ibu sukai dan betul-betul bapak ibu kuasai. Tulis dengan
terstruktur, dan muat di blog pribadi dan sebarkan di lingkungan teman.
Jika sudah Percaya Diri, buatlah
proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke
penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing
buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender,
pendidikan, dll). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis.
Bapak ibu dapat sedikit "Ngecap" supaya penerbit tertarik dengan
tulisan ibu.
Penerbit bukan maha tahu, bapak
ibu sekalian, penerbit di dasarkan pada data historis penjualan. Jadi penerbit
itu tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan
penulis-penulis perintis dengan tema yang berlum terekam di datanya. Sehingga
proposal ini sangat perlu bapak ibu beri perhatian, untuk menyadarkan penerbit
akan tema yang bapak ibu angkat dalam tulisan ibu. Tulislah rencana penulisan
bapak ibu, dengan target market yang dituju, syukur-syukur bapak ibu tawarkan
rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era
normal sebelumnya.
Ke depan buku-buku mungkin akan
disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin
berkurang jumlahnya. Ke depan
media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan.
Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang
berbeda dengan sebelumnya.
Sebelum menutup materi saya dan dilanjutkan
dengan tanya jawab, kami ingin mengajak bapak ibu sekalian untuk tetap
mendokumentasikan pencarian keilmuan bapak ibu sekalian. Dengan dokumentasi
yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu bapak ibu dan bahkan
mengembangkannya di kemudian hari. Ilmu bapak ibu akan menjadi Immortal tidak
lekang oleh keadaan jaman, dan selalu dikenang menjadikan legacy ke anak cucu
kita. Dokumentasi bapak ibu sekalian dalam bentuk buku akan kami kirimkan ke
Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang dilindungi oleh undang-undang. Anak
cucu kita di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak langkan
dokumentasi bapak ibu dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.
Sesi Tanya Jawab
1.
Berapa lama proses untuk
menerbitkan buku? Bagaimana caranya untuk membuat buku jika sudah memiliki file
yang akan dibukukan, haruskah diedit dan dicaver dahulu?
Jawab : Proses
Review 1 bulan, Proses Editing 1 Bulan, Proses Pra Produksi layotu cover adalah
1 bulan, PRoses produksi 1 bulan. Penulis menyerahkan dalam bentuk file Word,
tidak perlu membuat cover karena cover akan dibuat oleh team desain penerbit
2. Bagaimana sistematika penulisannya? Jawab : Proposal isinya
adalah: Judul Buku, Outline Rencana Buku dalam bantuk bab dan sub bab, Sinopsis
Buku, CV Penulis. Sertakan pula sampel bab yang sudah ditulis minimal 1 bab,
sehingga memudahkan bagian editorial memerkirakan kemampuan editing mandiri
penulisnya.
3. Jenis buku apa saja yang
diterbitkan Andi? Jawab : conten buku bebas ya, artinya bisa fiksi, non fiksi
atau buku umum. Perbulan kami menerima naskah 150-300 judul, kami biasanya
memilih hanya 10-15 persen dari naskah masuk untuk bisa terbit. Pembiayaan ada
di penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya apapun.
4. Apakah penerbit Andi menerima
permintaan untuk penerbitan modul pembelajaran ? Kalau iya, persyaratan apa
saja ? Jawab : Kami menerima modul pembelajaran, dengan syarat sesuai dengan
kurikulum. Pembiayaan ada di penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya apapun.
5. Untuk royalti atau bagi hasil untuk penulis berapa? Royalty sebesar
10% dari harga jual, yang akan dibayarkan setiap 6 bulan. Penulis mendapatkan
sampel 6 eksemplar
Ke depan kami akan membuat apps
untuk menuliskan proposal sehingga bapak ibu dapat menulikan lewat gadget perencanaan
penulisan. Semoga bisa terwujud, untuk memudahkan menampung proposal yang
sangat banyak setiap bulannya.Kanal e-book akan kami buka produksinya melalui
Google Play/ Google Books sehingga semoga tingkat penerimaan naskah akan
semakin besar dengan outlet ebook.
Ayo teman-teman guru...kita menulis dan kita bagikan ke orang lain dalam bentuk buku yang kita terbitkan. Sehingga kita tidak hanya mendapat kepuasan batiniah tetapi juga mendapat rupiah. Sudahkah kita punya naskah ??
3 komentar:
Rapi tertata tersusu tercantik blognya niiiih .....
terima kasih bu..baru belajar niih
Semangattt teruss dan sukses ibu..
Posting Komentar