KUNCI PRODUKTIF MENULIS
Kita
sebagai guru tentu tidak terlepas dari kegiatan menulis. Setiap hari kita
menulis. Entah menulis materi pembelajaran, menulis soal ulangan, menulis
lembar kerja siswa dan lain sebagainya. Sebenarnya kita semua adalah penulis. Coba
tengok ke belakang. Sebelum kita menjadi sarjana, salah satu syarat agar lulus sarjana adalah harus
melewati pembuatan skripsi. Nah..tentu sudah ratusan bahkan ribuan halaman
sudah kita tulis sampai hari ini. Jadi mengapa kita katakan tidak bisa menulis?
Kita klaim diri kita sendiri bahwa kita adalah penulis.
Pemateri
kuliah “Belajar Menulis” malam hari ini hari yang ke-15 adalah Dr. Ngainun Naim, lahir di Tulungagung, 19 Juli 1975, seorang dosen
di IAIN Tulungagung dan penulis yang
sudah menerbitkan puluhan karya berupa buku ataupun jurnal. Berikut ini resume
materinya...Kita simak ya..
Beliau mengawali paparannya dengan satu pendapat
bahwa guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas,
besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya
kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan
harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan
membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang
guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin
meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak
karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan
pendidikan.
Beliau menyampaikan tentang KUNCI-KUNCI PENTING DALAM MENULIS. Kunci itu alat untuk membuka. Alat yang bisa menjadikan kita produktif dalam menulis. Kunci tersebut adalah :.
1. Motivasi : karier, materi, politik, cinta/suka Karena kita sebagai pendidik tentunya punya motivasi menulis untuk karier kita, meski bisa juga ada motivasi lain, misal memang hobi menulis atau menulis untuk mendapatkan uang atau bertujuan politik.
2. Meyakini bahwa menulis itu anugerah. Mau dan mampu menulis itu anugerah. Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis baginya adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis. Mengapa kok masih ada guru yang kesulitan? Ada beberapa kemungkinan;
a. Selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok
yang tidak pernah menulis makalah.
Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi
b. tidak menulis
karena dibuatkan orang lain.
c. menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang
lain. Misalnya mendapatkan bahan di googe lalu dipotong sana-sini sampai
berbentuk layaknya tulisan.
d. begitu mendapatkan tugas langsung berburu
referensi. Tidak berpikir apa yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan
segera dibuka, diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka,
diketik, lalu tutup. Tugas penulis biasanya di akhir kutipan: “Berdasarkan
paparan di atas maka dapat disimpulkan...”
Menulis itu membuat kita menjadi berbeda
dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sesederhana apa pun buku yang kita hasilkan
itu tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak
konstruktif. Selama kita terus menulis maka akan menjadikan kita sebagai
makhluk yang berbeda dengan kawan-kawan lainnya.
3. Menulis memberi banyak keajaiban dalam hidup. Contoh
Pak Wijaya Kusumah--Omjay-- seorang bloger, youtuber dan guru kita semua,
mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam
kehidupan yaitu :
a. mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis,
bukunya mendapatkan banyak royaliti
b. sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum
c. memiliki banyak teman
d. bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam
kehidupan
e. tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.
4. Tidak mudah menyerah. Banyak orang ingin menulis,
tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut
kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat
kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat itu perlahan
tetapi pasti memudar dan akhirnya hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis
berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat,
satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan
tanpa menulis sama sekali. Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap
hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.
5. Berjejaring. Jadi penulis jangan menepi. Memang
saat sekarang kita harus menepi karena Corona, tetapi bukan berarti tidak
berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut kegiatan semacam ini juga dalam
rangka berjejaring.
6. Menulis sebanyak-banyaknya. Menulislah setiap hari
tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika Anda merasa tulisan Anda tidak
baik maka dengan menulis setiap hari tulisan Anda akan otomatis menjadi baik.
Di akhir materi beliau mengungkap ada 4 jenis malu dalam
menulis:
a. malu untuk menulis. Tidak akan bisa menulis.
b. malu kalau menulis dan tulisannya dibaca orang.
c. malu sudah mulai hilang. Pokoknya nulis.
d. malu tidak menulis..
Nah...
sahabat guru yang hebat, tunjukkan kehebatan menulismu. Jadikan karyamu berbeda
dari orang lain. Mari kita berproduktif menulis ! Menulislah setiap hari !!
13 komentar:
Keren..
Semoga kita dapat malu...
Malu Bila tidak menulis...😊
Salam literasi
keren lengkap
Mantap & lengkap Bu...minta kuncinya satu dong...
Joss...bu noor
Resumenya lengkap dan rapi, sip
keren mantap sekali..
ha..ha..kuncinya rajin menulis pak
betul bu ..malu kl kita tdk menulis
terima kasih bu fuyi
belum rapi bu..masih belajar
Mantab bu
Ayo saling memotivasi
Baguuus bener deh asli tukisan dan blognya rapi
Posting Komentar